Kamis, 18 Juni 2009

TEOLOGI "KITAB IMAMAT"

Ada orang berkata, “Untuk apa kita menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari kitab Imamat? Bukankah Kristus sudah datang ke dunia dan saat ini kita sudah berada dalam zaman kasih karunia, bukan di bawah hukum Taurat lagi?” Perkataan-perkataan seperti di atas sering diucapkan orang percaya pada saat ini ketika mereka harus membaca kitab Imamat. Banyak orang percaya mengabaikan kitab Imamat karena: Pertama, kitab ini sungguh-sungguh terasa asing bagi pembaca yang hidup pada masa kini. Persembahan-persembahan korban yang sangat ditekankan dalam kehidupan bangsa Israel terasa tidak penting bagi orang percaya saat ini sebab Tuhan Yesus sudah menggenapinya sebagai “kurban yang sempurna bagi Allah”. Kedua, tampaknya kitab Imamat hanya mengatur persoalan ibadah dalam Perjanjian Lama dan sudah tidak relevan lagi bagi kebutuhan masyarakat modern saat ini.

Pentingnya Kitab Imamat

Sebenarnya, kitab Imamat ini sangat penting untuk dibaca karena alasan-alasan berikut ini:

(a) Jika kita gagal memahami kitab Imamat, kita akan kehilangan “benang merah” karya keselamatan, sehingga kita akan kurang memahami pentingnya peristiwa penyaliban Kristus di Golgota bagi penebusan dosa manusia.

(b) Kitab Imamat sebenarnya tidak hanya berisi peraturan yang menyangkut ibadah saja, tetapi juga berisi peraturan-peraturan yang menyangkut kehidupan praktis umat yang kudus (pernikahan, makanan, kesehatan tubuh, lingkungan, serta pribadi).

(c) Tanpa Kitab Imamat, kita tidak akan mengerti peraturan resmi dalam mengatur ibadah umat Tuhan dan kehidupan para imam. Kitab Keluaran mengatur pembangunan Kemah Suci dan kehadiran kemuliaan Allah pada Kemah Suci, sedangkan adanya Kemah Suci menuntut adanya persembahan dari umat, dan persembahan membutuhkan adanya imam yang mengelola persembahan. Kitab Imamat mengatur peraturan resmi yang mengatur ibadah umat Tuhan dan kehidupan para imam.

Teologi Kitab Imamat

(1) Pengakuan Israel dalam hal hukum

a. Meskipun ada beberapa kemiripan antara hukum Israel dengan hukum-hukum umum yang ada pada bangsa-bangsa lain di Timur Dekat Kuno (Ancient Near East), tetapi Israel mengakui bahwa semua hukum mereka berasal dari Allah.

b. Pengakuan bahwa hukum di Israel berasal dari Allah serta cara hidup masyarakat Israel yang mengikuti pimpinan Allah membedakan masyarakat Israel dengan bangsa-bangsa lain.

c. Hal ini dibuktikan dengan fakta lain, yaitu tidak adanya hukum yang dikeluarkan oleh raja di dalam kitab Imamat.

(2) Hukum dalam kaitan dengan anugerah

a. “Sepuluh Hukum” tidak dimulai dengan perintah “jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Kel. 20), namun dimulai dengan mengingatkan pada tindakan kemurahan Allah yang telah “membawa engkau keluar dari tanah Mesir, tempat perbudakan.” Maksudnya, ketaatan kita melakukan “Sepuluh Hukum” adalah sebagai ucapan syukur atas kemurahan Allah yang telah lebih dulu kita terima.

b. Ketika umat Israel melanggar “Sepuluh Hukum”, hubungan mereka dengan Allah tidak langsung putus. Hukum itu sendiri menyediakan sarana pengampunan dan penebusan untuk dosa umat Israel.

( 3) Persembahan dan Korban

Kitab Imamat adalah sumber utama untuk tatacara persembahan korban dalam Perjanjian Lama, termasuk bagaimana sikap yang seharusnya dalam memberi persembahan kepada Allah. Tiga persembahan korban pertama (korban bakaran, korban sajian dan korban keselamatan) serta dua persembahan korban terakhir (korban penghapus dosa dan korban penebus salah) menyangkut penebusan dari dosa. Hasilnya adalah pemindahan dosa, pemberian pengampunan, dan pemulihan hubungan antara orang berdosa dengan Allah. Darah adalah sarana untuk membersihkan dosa (Imamat 17:11).

detikInet

GUESTBOOK